Tak Seperti Dulu
Oleh: Zul Fitrah Ramadhan
Kehangatan akan kebersaamaan dalam rumah tua ini
Membendung rasa sepi di malam raya
Bersama orang-orang terdekat
Yang tak kenal penat
Kehangatan rumah tua ini melupakan segala kesibukan
Mampu mengalahkan amarah hati dan ego
Menikmati secangkir teh bersama sang pembawa kehangatan
ah... Nikmat rasanya, lupakan segalanya
Adik kecil loncat-loncat di kasur tua ini
Nenek sedang asyik menjaga warungnya
Aku, Ayah, dan Ibu menikmati malam hangat
Walaupun kami di bawah atap rumah tua ini
Kala waktu terus mengalir
Sarang laba-laba seolah-olah membungkus kami
Dalam kerisauan yang tak kunjung henti
Rumah tua ini tak lagi milik kami
Kala kehangatan itu mulai memudar
Kebersamaan telah terbungkus oleh kesunyian
Terus memudar
Hingga menyisakan lagu-lagu kesepian jangkrik
Kini semua telah berubah jadi nostalgia
Menyisakan sejarah-sejarah batin
Yang dulu mampu menjadi sumber kehangatan
Tapi kini tlah menjadi debu-debu sepi
Tak ada lagi secangkir teh yang membawa kehangatan
Kini menjelma secangkir pilu risau
Tergeletak menyendiri, tak berarti
ah ... hambar rasanya, lupakan kehangatan
Entah kapan bisa seperti dulu
Bersama kehangatan dan kebersamaan
Bersama rumah tua yang kini tersisa rangka-rangka sunyi
Kembali menikmati secangkir teh hangat itu
Ah ... bila masih begini
Terpaksa aku memeluk lutut di bawah atap langit
Ditemani bumbu-bumbu kesepian
Tanpa ditemani orang-orang tercinta
Aku rindu semuanya ...
(Gowa, 22 April 2017; pukul 14:22 WITA)
Kehangatan akan kebersaamaan dalam rumah tua ini
Membendung rasa sepi di malam raya
Bersama orang-orang terdekat
Yang tak kenal penat
Kehangatan rumah tua ini melupakan segala kesibukan
Mampu mengalahkan amarah hati dan ego
Menikmati secangkir teh bersama sang pembawa kehangatan
ah... Nikmat rasanya, lupakan segalanya
Adik kecil loncat-loncat di kasur tua ini
Nenek sedang asyik menjaga warungnya
Aku, Ayah, dan Ibu menikmati malam hangat
Walaupun kami di bawah atap rumah tua ini
Kala waktu terus mengalir
Sarang laba-laba seolah-olah membungkus kami
Dalam kerisauan yang tak kunjung henti
Rumah tua ini tak lagi milik kami
Kala kehangatan itu mulai memudar
Kebersamaan telah terbungkus oleh kesunyian
Terus memudar
Hingga menyisakan lagu-lagu kesepian jangkrik
Kini semua telah berubah jadi nostalgia
Menyisakan sejarah-sejarah batin
Yang dulu mampu menjadi sumber kehangatan
Tapi kini tlah menjadi debu-debu sepi
Tak ada lagi secangkir teh yang membawa kehangatan
Kini menjelma secangkir pilu risau
Tergeletak menyendiri, tak berarti
ah ... hambar rasanya, lupakan kehangatan
Entah kapan bisa seperti dulu
Bersama kehangatan dan kebersamaan
Bersama rumah tua yang kini tersisa rangka-rangka sunyi
Kembali menikmati secangkir teh hangat itu
Ah ... bila masih begini
Terpaksa aku memeluk lutut di bawah atap langit
Ditemani bumbu-bumbu kesepian
Tanpa ditemani orang-orang tercinta
Aku rindu semuanya ...
(Gowa, 22 April 2017; pukul 14:22 WITA)
Komentar
Posting Komentar